Siapa yang tidak bahagia, setelah sekian lama menunggu akhirnya ada seseorang yang dengan berani bertamu. Dengan penampilan yang sederhana dan terlihat agak malu-malu ketika berbicara dengan ayahku. Meski terlihat lucu ketika kau bicara dengan nada gugup, tapi aku salut dengan keberanianmu untuk datang langsung ke rumah. Walau hanya sekedar untuk memperkenalkan diri dan menanyakan apakah aku masih sendiri. tapi kau memang pria yang pemberani.
Banyak
nasihat telah aku dengarkan dan doa-doa telah aku panjatkan, supaya
hati ini mantap dengan sebuah pilihan. Kau sempat membuatku bingung
untuk mengambil keputusan. menolak dengan berbagai macam alasan atau
menerima dengan penuh keyakinan kalau seandainya imanlah yang telah
mempersatukan kita.
kau
datang lagi untuk mendengarkan keputusan dariku, tapi kali ini kau
membawa seorang wanita yang sudah terlihat tua. Umi, begitu kau
memanggilnya dengan lembut. Seorang wanita yang telah berjuang
membesarkan anak lelakinya seorang diri karena ditinggal sang suami
menghadap Ilahi. Seorang wanita yang terlihat menenagkan, yang telah
memupuk iman kepada anak laki-lakinya sebagai bekal hidup.
Setelah dipersilahkan duduk dan kami menyambut selayaknya tuan rumah yang baik. Ibu dari pemuda itu mulai bicara,
“ kami bukan berasal dari keluarga yang kaya, tapi anak saya seorang pekerjakeras yang tidak mungkin membiarkan keluarganya kekurangan dan kelaparan. Semenjak ayahnya meninggal, dia yang menjadi tulang punggung keluarga dan menjaga ibu dengan baik. dia bisa kuliah dengan beasiswa sambil bekerja, karena ibu tidak bisa memberikan pendidikan apa-apa selain dari mencintai Allah dan Rasulnya. Dia anak yang baik, walau dari luar terlihat kuat tapi ibu sering dengar suara tangis di sepertia malam. Entah apa alasannya dia sangat mencintai wanita selain ibu dan itu adalah adinda. Ibu sangat berharap adinda bisa menjadi salah satu bagian dari keluarga kami, dan menerima anak ibu apa adanya”.
Ayah
menyerahkan keputusan kepadaku sepenuhnya. Dada saat itu aku tidak bisa
bicara apa-apa selain menghampiri ibu itu dan mencium tanggannya yang
sudah mulai menua sambil meneteskan airmata. Aku anggukan kepada sebagai
tanda aku bersedia menjadi bagian dari keluarganya. Entah kenapa, semua
seperti terlihat haru bercampur bahagia. Ketika ada tetes air mata
hadir bersama
Mencintaimu
adalah suatu anugrah yang Allah berikan padaku. Meniti hidup dan
berjuang bersamamu entah kenapa berasa sangat indah. Hidup denganmu
adalah ibadah, saat semua bahagia adalah alasan untuk kita semakin
mendekati surga. Surga yang kita rasakan sekarang dan akan menjadi
tempat terakhir kita.
CAR,HOME,DESIGN,HEALTH,FOREX,LIFEINSURANCE,TAXES,INVESTING,BONDS,ONLINETRADING,SEO
CAR,HOME,DESIGN,HEALTH,FOREX,LIFEINSURANCE,TAXES,INVESTING,BONDS,ONLINETRADING,SEO